Surat Al-Insyiqaq ayat 5
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
- وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ Wa azinat li Rabbihaa wa huqqat dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh.
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa bila bumi dan gunung-gunung hancur berkeping-keping sehingga menjadi rata dan mengeluarkan apa yang ada di dalam perut-nya, maka hal itu adalah karena ketundukannya pada perintah Allah dan kepatuhan melakukan kehendak-Nya. Dalam ayat-ayat lain, Allah berfirman: Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. (az-Zalzalah/99: 1-2) Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar. (al-Infithar/82: 4) Maka tidakkah dia mengetahui apabila apa yang di dalam kubur dikeluarkan. (al-'Adiyat/100: 9) Untuk tafsir pada kalimat langit terbelah di atas, dapat dilihat kembali pada telaah ilmiah Surah al-Insyiqaq/84:1-5, lihat pula telaah ilmiah Surah al-haqqah/69:16 dan Surah al-Infithar/82:1. Kemudian, kalimat yang mengikutinya: ¦dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, mengandung pengertian bahwa kejadian itu berlangsung menurut sunatullah, yaitu menurut hukum-hukum Allah yang ada di alam semesta ini. Pengertian bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong adalah bahwa bumi benar-benar luluh lantak, baik terjadinya benturan dengan planet atau benda langit lainnya, karena hilang atau kacaunya gaya gravitasi. Luluh lantaknya bumi inilah yang juga menyebabkan seluruh isi bumi dimuntahkan dan menjadikan isi bumi kosong. Kemudian, kalimat yang mengikutinya: ¦dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, mengandung pengertian bahwa kejadian itu berlangsung menurut sunatullah, yaitu menurut hukum-hukum Allah yang ada di alam semesta ini.